Get Gifs at CodemySpace.com

Selasa, 13 Maret 2012

bahaya mencontek ketika ujian

bahaya mencontek


Ujian kerap dilaksanakan setiap akhir pembelajaran dalam suatu bab, entah itu menjadi ujian harian atau ujian akhir semesteran seperti yang sedang ramai dilaksanakan saat ini di sekolah-sekolah. Ujian ini sebenarnya merupakan salah satu cara untuk mengetahui, apakah seorang siswa sudah memahami apa yang telah disampaikan pengajarnya atau belum. Jika nilai ujian tinggi, bias diartika ia telah menguasai materi yang disampaikan pengajarnya, jika belum maka perlu dilakukan remedial.
Sebenarnya penilaian seperti ini memang kurang bisa merepresentasikan hasil sebenarnya, apakah siswa sudah memahami materi atau. Apa lagi jika Si siwa melakukan tindak kecurangan dalam menjawab, berarti sama saja hasil jawabannya tidak mencerminkan kecakapannya dalam memahami materi, itu adalah hasil kecakapan orang lain. Tapi sampai saat ini, belum ditemukan cara yang lebih efektif untuk menilai kepahaman siswa terhadap suatu materi.
Nah, bicara soal kecurangan dalam ujian atau yang lebih dikena l sebagai “mencontek”, setelah saya analisis secara mendalam, ternyata memang sebenanrya tidak ada untungnya bagi kita, bahkan akan sangat merugikan kita. Berikut hasil analisis saya tentang menyontek, saya rangkum dalam “bahayanya menyontek”
  1. Bad image di guru / teman
Sudah sangat jelas sekali. Ketika seorang siswa ketahuan mencontek, maka secara otomatis akan memberikan bad image kepadanya. Kepercayaan guru kepadanya sudah berkurang, dan mungkin akan memberikan nilai afektif C untuknya, dan perlu diketahui, ketika guru – guru berkumpul dan berdiskusi / nge-gosip, kadang akan di bahas masalah perilaku siswanya ketika di pelajaran masing-masing , apalagi jika ada siswa yang gemar mencontek. Maka secara otomatis bad image-nya akan terpublikasikan ke guru-guru yang lain. Antara sesama teman juga sudah jelas, dia akan dikenal sebagai raja mencontek, walaupun secara pertemanan tetap mau bergaul dengan si pencontek, tapi apakah bangga jika kita mendapat predikat sebahai “Raja Contek”?
2. Membodohi diri sendiri
Ketika kita mencontek, maka itu berarti juga kita memanipulasi nilai kita. Karena sebenarnya itu bukanlah jawaban kita, melainkan jawaban orang lain. Jadi walaupun nilai kita besar , sebenarnya kita tidak bisa di pelajaran tersebut. Misalkan nilai ini dipakai untuk masuk universitas melalui jalur PMDK, mungkin kita bisa masuk tapi kedepannya kita akan susah mengikuti perkembangan perkuliahan karena memang sebenarnya kita tidak mempunyai kemampuan di jurusan tersebut, malahan bisa saja kita di DO. Nah loh, gimana kalo dah begitu, siapa yang malu??
3. Langkah awal sakit jantung
Saat menyontek, maka tingkat kewaspadaan kita menjadi meningkat, disini adrenalin kita mulai naik, apalagi ketika ada seorang pengawas mendekati kita, detak jantung kita menjadi semakin tidak normal. Dan jantung akan berdetak lebih cepat lagi, ketika pengwas memanggil nama kita saat kita sudah mempunyai niat mencontek, dan mungkin bisa sampai keluar keringat dingin jika dia tidak professional dala mmencontek (hehe). Menurut Wikipedia, salah satu gejala penyakit jantung adalah palpitasi (jantung berdebar-debar) hal ini terjadi ketika kita ketahuan mencontek oleh pengawas, dan gejala yang lain adalah mengucurnya keringat dingin atau panas. Nah, tanda-tandanya mirip kan??
4. Kehalalan ijazah / nilai
Dalam semua agama, pasti melarang yang namanya berbuat curang. Apalagi anda umat muslim, jika kita melakukan kecurangan dalam memperoleh nilai, itu sudah dikategorikan sebagai haram, nilai yang haram ini akan tertulis di ijazah, dan dari ijazah ini Anda gunakan dalam berbagai kepentingan misalnya untuk melamar pekerjaan. Maka pekerjaan yang Anda dapatkan juga Haram, karena hukum dasarnya adalah jika sesuatu berasal dari yang haram, maka hal itu akan haram juga. Seperti dalam sebuah hadits yang menyatakan bahwa “Sesungguhnya Rasulullah SAW melaknat dalam khamr sepuluh personel, yaitu: pemerasnya (pembuatnya), peminumnya, pembawanya, pengirimnya, penuangnya, penjualnya, pemakan uang hasilnya, pembayarnya, dan pemesannya” (HR Ibnu Majah dan Tirmidzy).
5. Belum tentu jawbaan teman itu benar
Ketika kita mencontek jawaban teman, belum tentu teman yang kita contek itu benar, apa lagi jika main kode, belum tentu teman memberikan jawaban yang benar keapda kita. Karena dia tidak mau nilai teman yang lain lebih besar.
6. Nilai teman lebih besar
Ketika kita memberikan jawaban kepada teman kita, maka kita memberikan peluang kepada teman kita untuk mendapatkan nilai yang lebih besar. Anda mau hal itu terjadi?? Saya yakin tidak.

Maka dari itu, marilah kita mulai untuk mencari nilai yang benar-benar nilai kita sendiri. Dan jika anda adalah seorang pengajar, ada baiknya menyampaikan hal ini keapda siswa Anda agar mereka termotivasi untuk mengurangi atau bahkan menghilangkan sikap mencontek.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar